Skripsi Tarbiyah Implementasi Model Joyful Learning Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

IMPLEMENTASI MODEL JOYFUL LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Di Sekolah Dasar Negeri 22 Kota Bengkulu) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU TAHUN 2017




* Kunjungi Channel YouTube Kami di Gudang Tutorial untuk melihat demo program siap pesan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Fungsi pendidikan adalah menyiapkan peserta didik. “Menyiapkan” diartikan bahwa peserta didik pada hakikatnya belum siap, tetapi belum disiapkandan sedang menyiapkan dirinya sendiri. Hal ini menunjuk pada proses yang berlangsung sebelum peserta didik itu siap untuk terjun ke kancah kehidupan yang nyata.
Proses pembelajaran merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui interaksi dan pendekatan pendekatan yang diberikan oleh guru untuk pengembangan kreativitas peserta didik. Namun pada kenyataannya guru lebih menekankan kegiatan pembelajaran dalam ranah kognitif saja sehingga aspek-aspek lainnya seperti ranah afektif dan psikomotorik kurang mendapatkan perhatian oleh guru dan peserta didik hanya memfokuskan pembelajarannya pada taraf pengetahuan saja.
Dalam realitas dunia pendidikan dewasa ini guru cenderung ingin menguasai dan memperlakukan anak didik semaunya. Guru secara sepihak menginginkan semua keinginannya diikuti oleh anak didik dengan cenderung memonopoli dalam kelas. Guru merasa bahwa ia adalah satu-satunya sumber pengetahuan. Keinginannya ini dapat berdampak pada pembunuhan kreatifitas dan potensi anak didik secara perlahan. Hal tersebut yang menjadi kekhawatiran Mark Twain dengan mengatakan bahwa pendidikan itu seharusnya membebaskan, bukan menindas.
Pada dasarnya pekerjaan guru adalah mengkomunikasikan pengalaman kepada siswa tetapi kerap kali guru mengajarkan dengan menggunakan ceramah, yakni hanya dengan menggunakan kata-kata saja yang akibatnya siswa kurang memahami hal-hal yang disampaikan oleh guru. Dengan kata lain, siswa terjebak dalam kondisi pengajaran yang verbalistik.
Dengan melihat realitas di atas, seharusnya peran guru sebagai pengajar dikembalikan kedalam fitrahnya yakni Guru sebagai organisator sekaligus fasilitator anak didik dalam proses penitisan nilai-nilai atau pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan kehidupan dan lingkungan sekitarnya. Mengajar selain merupakan proses penitisan nilai dan pengetahuan, mengajar juga merupakan proses pengangkatan potensi-potensi yang terdapat dalam diri anakdidik yang tujuannya untuk menemukan dan mengarahkan anak didik menjadi dirinya sendiri.  Dengan mengetahui potensi-potensi yang dimiliki, peserta didik bisa terarah untuk menuju proses menjadi manusia yang sesungguhnya. Seperti yang dikatakan oleh Paulo Freire bahwa tujuan pendidikan adalah memanusi akan manusia.
Dengan pendidikan peserta didik mampu meningkatkan pengetahuan, nilai moral dan nilai keagamaan secara bertautan. Pendidikan agama sangat diperlukan bagi peserta didik, karena agama memberikan motifasi hidup dan merupakan sarana pengembangan dan pengendalian diri yang sangat penting. Oleh karena itu, agama wajib diketahui, dipahami, diyakini dan diamalkan oleh manusia.
Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim yang seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani.  Dasar idealnya yaitu firman Allah SWT dan Sunnah Rasulullah SAW. Jika pendidikan diibaratkan bangunan maka isi Al-qur’an dan Haditslah yang menjadi pondasinya. Al-Qur’an adalah sumber kebenaran dalam Islam, kebenarannya tidak dapat diragukan lagi. Sedangkan Sunnah Rasulullah SAW yang dijadikan landasan Pendidikan Agama Islam adalah berupa perkataan, perbuatan atau pengakuan Rasulullah SAW dalambentuk isyarat.
Menyinggung masalah peranan pendidikan agama di sekolah-sekolah maka hendaknya Pendidikan Agama Islam itu ditentukan kepada pembiasaan, yaitu pembiasaan untuk melaksanakan ajaran-ajaran agama atau mengamalkan. Sekolah alam merupakan sekolah yang berbasis pada keuniversalan alam semesta. Sehingga siswa akan mampu belajar mengenai apa yang telah ia pelajari serta langkah yang harus dilakukan terhadap lingkungan sekitar. Siswa-siswa akan diajarkan untuk dekat dengan alam dan mengenal lingkungan alam dengan baik.
Dalam proses pembelajaran harus dibuat dengan lemah lembut dansekaligus menyenangkan agar peserta didik tidak tertekan secara psikologis dan merasa bosan terhadap suasana di kelas serta apa yang diajarkan oleh gurunya. Prinsip pembelajaran ini merupakan prinsip memberikan layanan dan santunan dengan lemah lembut.  Nabi menganjurkan untuk menggunakan metode atau pendekatan dengan jalan lemah lembut tanpa paksaan kepada peserta didik, sesuai dengan kalam Ilahi yang berbunyi:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu [246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”  (Q.S Ali Imran: 159)
Aktifitas belajar akan berhasil apabila berdasarkan motivasi pada diri peserta didik itu sendiri. Jika guru memaksakan dalam KBM (kegiatan belajar mengajar), peserta didik akan merasa tertekan dan hasilnya materi yang diajarkan hanya akan masuk telinga kanan dan keluar dari telinga kiri begitu saja. Tugas guru yang berat adalah berupaya agar peserta didik mau belajar dan memilikikeinginan belajar secara berkelanjutan tanpa dibatasi waktu.
Untuk mengetahui lebih jauh, bagaimana pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 22 Kota Bengkulu dengan model joyful learning cukup efektifdalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik, maka dalam skripsi ini penulis mengadakan penelitian dengan menggunakan judul “Implementasi Model Joyful Learning Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Negeri 22 Kota Bengkulu”.

1.2. Rumusan Masalah
Supaya pembatasan sekripsi ini dapat terfokus pada pokok permasalahan, maka dirumuskan beberapa pokok permasalahan yang perlu mendapat pembahasan dan pemecahan dalam penelitian ini.
Dari uraian latar belakang di atas, terrumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana Implementasi Model Joyful Learning Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar Negeri 22 Kota Bengkulu?

1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah berfungsi untuk memfokuskan penelitian yang akan dilakukan peneliti. 
  1. Penerapan Model Joyful Learning Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
  2. Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar 22 Kota Bengkulu pada kelas IV

1.4. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah penulis rumuskan, maka tujuan penelitian ini secara garis besar adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisa bagaimana proses pembelajaran dengan model joyful learning setelah mengikuti kegiatan belajar pada kelas besar di Sekolah Dasar Negeri 22 Kota Bengkulu.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diharapkan hasilnya nanti akan dapat membantu memberikan sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan. Secara lebih jelas, manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis
Penelitian ini di harapkan dapat menambahkan informasi, wawasan pemikiran dan pengetahuan dalam bidang pendidikan Agama Islam serta penggunaan model joyful learning pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
2. Secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pembaca berupa informasi mengenai pengembangan model joyful learning pada matapelajaran Pendidikan Agama Islam, serta hal-hal yang berkaitan dengannya, terutama penerapan model joyful learning pada pembelajaran PAI. Sehingga mampu mendorong pemikir/pendidik Pendidikan Agama Islam bersikap inovatif dan kreatif dalam menciptakan model pembelajaran yang tidak monoton dan menyenangkan untuk mengarahkan agar peserta didik mampu mengaktualisasikan potensi-potensi yang tertanam. Serta pendidik mampu mengembalikan fungsi mengajar ke fitrahnya yakni menumbuhkan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Kajian Pustaka 
2.2. Kerangka Teoritik 


BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah ntuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dengan cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional1, empiris2, dan sistematis.3 Data yang diperoleh melalu penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid.4

3.1. Jenis Penelitian 
Penelitian yang penulis teliti yakni tentang Implementasi Model Joyful Learning Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi di Sekolah Dasar Negeri 22 Kota Bengkulu) yang menggunakan metode penelitian kualitatif.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 
1.  Tempat Penelitian 
Sekolah Dasar Negeri 22 Kota Bengkulu terletak di Kota Bengkulu. SD ini menempati tanah seluas 121,5 m2, luas bangunan 212,07 m2. 118 Gedung  ruang kelas Sekolah Dasar Negeri 22 Kota Bengkulu berbentuk saung yaitu lantainya terbuat dari papan dan dinding gedungnya tidak penuh sampai atap tapi hanya setengah saja yang dibuat daripapan juga. Secara fisik, gedung Sekolah Dasar Negeri 22 Kota Bengkulu memang berbeda dengan gedung-gedung SD lainnya. Hal ini disesuaikan dengan nama SD yaitu Sekolah Dasar Negeri 22 Kota Bengkulu. Tujuan dibuat gedung yang seperti itu adalah agar siswa dapat bebas melihat keadaan alam sekitar sehingga proses belajar mengajar tidak membosankan.
Alasan peneliti memilih Sekolah Dasar Negeri 22 Kota Bengkulu sebagai tempat penelitian, dikarenakan Sekolah Dasar Negeri 22 Kota Bengkulu merupakan salah satu sekolah yang menggunakan alam sebagai media belajar, anak dibebaskan untuk belajar dimanapun dan disesuaian dengan tema mingguan (didalam maupun diluar ruangan kelas), sehingga anak akan terbebas dari kesan belajar yang monoton dan membosankan. Terlebih lagi, di SD ini menggunakan salah satu model pembelajaran yang menyenangkan atau biasa disebut dengan model joyful learning atau fun learning yang merupakan tema dalam skripsi peniliti.
2. Waktu Penelitian 
Penelitian ini dilakukan selama dua periode yakni semester ganjil dan semester genap yang tertulis tgl 15 Maret sampai 15 April 2016 dan tgl 18-20 Juli 2016, hal tersebut dilakukan karena pada tahap pertama peneliti merasa data yang diperoleh selama penelitian masih kurang sehingga perlu diadakan penelitian untuk tahapan yang kedua untuk menyempurnakan data yang peneliti butuhkan. Adapun tahapan yang dilalui peneliti antara lain:
a. Melakukan kunjungan ke sekolah dan melakukan pendekatan pada kepala sekolah, sekaligus mencari informasi tentang persyaratan yang harus dipenuhi peneliti selama melakukan penelitian di sekolahan tersebut.
b. Melakukan survey awal yang bertujuan mengetahui gambaran umum serta mengetahui seluk beluk sekolah.
c. Melakukan observasi dan wawancara tentang obyek penelitian.
d. Melakukan analisis data kemudian menyimpulkannya. 
3.3. Sumber Penelitian 
Secara umum sumber data dalam penelitian adalah subjek dari manan data dapat diiperoleh. Apabila peneliti menggunakan wawancara dalam pengumpulandatanya, maka sumber data disebut responden. Namun apabila peneliti menggunakan tekniik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah tindakan dan perkataan manusia dalam suatu latar yang bersifat alamiah, selebihnya adalah bahan-bahan pustaka, seperti dokumen, majalah koran, buku arsip, foto, video, dan lain sebagainya. Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data, maka diklasifikasikan menjadi 3 P, yaitu: 
1. Person, yaitu sumber data berupa orang. 
Sumber data ini adalah sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. Person ini diperoleh dari orang yang langsung terlibat pada obyek penelitian. Dalam hal ini, peneliti dapat memperoleh data dari berbagai  keterangan tentang hal yang berhubungan dengan proses belajar mengajar  Pendidikan Agama Islam  di Sekolah Dasar Negeri 22 Kota Bengkulu  yang dilakukan  dengan  teknik wawancara terhadap Direktur,  Kepala Sekolah,  Guru,  siswa,  dan karyawan  di  Sekolah Dasar Negeri 22 Kota Bengkulu. 
2. Place, yaitu sumber data berupa tempat. 
Sumber data place yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Sumber data yang menjadi obyek kajian peneliti, yaitu Sekolah Dasar Negeri 22 Kota Bengkulu. Adapun Sekolah Dasar Negeri 22 Kota Bengkulu adalah sekolah yang menggunakan alam sebagai media dalam proses pembelajaran. Alam memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi anak. Sekolah alam memberikan dampak yang sangat positif bagi anak, selain anak bisa mengenal alam lebih dekat serta alam pulalah yang memberikan pelajaran hidup bagi semua orang. Dengan belajar di sekolah alam, anak akan merasa terbebas dari tradisi belajar yang monoton dan terkesan mendikte. Alhasil, anak akan merasa enjoy dan senang ketika menerima pelajaran. 
3. Paper, yaitu sumber data yang berupa simbol atau dokumen.
Sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Sumber paper ini merupakan sumber data yang berupa dokumen yaitu segala macam bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen, baik yang resmi maupun yang tidak resmi dalam bentuk laporan, statistika, surat-surat resmi, buku harian, dan semacamnya, baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan. Oleh karena itu, dicari sumber data dari berbagai buku dan laporan tentang proses kegiatan belajar mengajar serta hasil evaluasi kegiatan peserta didik di Sekolah Dasar Negeri 22 Kota Bengkulu. 
3.4. Fokus Penelitian 
Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada Implementasi Model Joyful Learning Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri 22 Kota Bengkulu.  Fokus yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif diperoleh setelah peneliti melakukan grand tour obsevation dan grand tour question  atau yangdisebut dengan penjelajahan umum. Dari penjelajahan umum ini peneliti akanmemperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap permukaan tentang situasi sosial.
3.5. Teknik Pengumpulan Data 
Penggunaan metode yang jelas, sistematis dan terarah merupakan suatu keharusan dalam proses pengumpulan dan pengolahan data suatu penelitian agar data yang dihasilkan dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan metode:
1. Metode Observasi
Observasi atau yang biasa disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alatindra. Mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.
Ciri khas metode kualitatif adalah tidak dapat dipisahkan dari sebuah pengamatan. Observasi mengadakan pengamatan dan mendengarkan secara cermat tentang situasi di lapangan (kelas) dengan cara berperan serta dalam kegiatan sehari-hari subjek, pada setiap situasi yang diinginkan peneliti.
Dalam penelitian kualitatif, pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya, karena tekhnik ini dibesarkan secara langsung. Dalam observasi ini menggunakan observasi langsung, oleh karenanya observasi ini dilakukan di kelas pada saat belajar mengajar atau pembelajaran berlangsung, untuk mengetahui secara langsung mengenai  Implementasi Model  Joyful Learning  Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Data-data yang dikumpulkan dalam metode ini antara lain, seperti: letak geografis, sarana prasarana sekolah, dan lain-lain. 
2. Metode Interview (wawancara)
Wawancara adalah alat tukar menukar informasi, percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Metode pengumpulan data ini dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Wawancara bukanlah pekerjaan yang mudah.Dalam hal ini pewawancara harus dapat menciptakan suasana santai tetapi serius; artinya bahwa interview dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, tidak main-main tetapi tidak kaku.
Suasana ini harus dijaga agar responden mau menjawab apa saja yang dikehendaki oleh pewawancara secara jujur.
Dalam penelitian ini, penulis mengadakan wawancara untuk mengetahui Implementasi Model  Joyful Learning  Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Wawancara ini dilakukan dengan Direktur Sekolah, Kepala Sekolah, Guru mata pelajaran PAI,  peserta didik,  serta karyawan atau tenaga kependidikan lainnya.  
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan guna mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.
Dokumentasi  merupakanmetode yang digunakan dengan mencari data melalui peningkatan tulisan, seperti arsip yang berupa catatan-catatan, buku agenda dan lainnya yang  berhubungan  penelitian dan penerapan model  joyful learning.  Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang gambaran umum Sekolah Dasar Negeri 22 Kota Bengkulu.Data itu berupa brosur, foto-foto pembelajaran, arsip, laporan perkembangan tiap semester dan inventaris Sekolah Dasar Negeri 22 Kota Bengkulu.
4. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.Penelitimenggunakan triangulasi yakni dengan menggabungkan beberapa teknik pengumpulan data sehingga menghasilkan data yang konsisten, tuntas dan pasti.

3.6. Teknik Analisis Data 
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh setelah mengumpulkan data, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Namun analisis  data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
Analisis data di lapangan peneliti menggunakan model Miles dan Huberman sebagai acuan, yakni Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data, meliputi:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.  
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,  flowcart  dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart.  
3. Conclusion Drawing/Verification.
Langkah ketiga dalam analisis data yakni penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan data-data yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


* Kunjungi Channel YouTube Kami di Gudang Tutorial untuk melihat demo program siap pesan



Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Masukkan Saran Anda. Komentar Atau Permohonan Terbit Artikel Keinginan Anda